Kata Hati

Semua orang buat andaian, kerana andaian adalah permainan akal. Selagi tak saksikan kebenaran, selagi itu hidup berandaian. Jadi, bagaimana mahu menyaksi kebenaran? Pergilah kepadanya...

Aku mahu Cinta, Kasih dan Sayang - tapi aku rabun dekat. Kuman seberang laut, nampak. Gajah depan mata, tak nampak. Ini maknanya, aku bodoh. Tak tahu menilai, mana yang tulen, mana yang palsu - bak kata lagu Slam. Selalu saja salah letak, sebabnya - ikut andaian. Bukan ikut kata hati.

Bila dah selalu sangat ikut andaian, walaupun kebenaran depan mata, jangan nak salahkan sesiapa lah kalau datang belati menikam dan pedang menghunus - tak boleh elak punya! Terima lah saja kelukaan... Biar parut yang mengajar pula. Nak bicara soal malu, orang degil mana tahu malu!

Budak Gembala

Budak gembala. Suatu ketika dahulu pernah mengkecohkan kampung dengan serangan serigala - cerita rekaannya. Apabila serangan itu benar-benar terjadi - tak ada siapa yang mahu datang membantu. Serangan demi serangan dan dia tak mampu hendak mengangkat kelopak matanya pun - lemah tak berdaya lagi. Sedikit demi sedikit tubuhnya dilapah gigi-gigi tajam, hingga ke jantung - darah memancut - tak ada lagi rasa panas darah, tak ada kesakitan lagi.

Bila jasadnya tinggal tulang dan sisa-sisa daging, jasadnya dibawa lari serigala, untuk diberi makan kepada keluarga di hutan belantara. Diseret, tersangkut akar, terhentak batu kerikil tajam - apalah makna untuk Budak Gembala? Matanya - memandang ke satu arah - kesal atas kecelakaan yang dibuatnya sendiri. Mati? Dia belum mati lagi. Saat begini, sanubarinya mahukan jasad itu mati supaya hilang segala sengsara. Tetapi, Tuhan tidak izinkan. Selagi dia pinta mati, selagi itu dia bernyawa - bisa bernafas dengan tenang walau jasad sudah tinggal tulang, dijilat enak anak serigala.

Matanya yang masih terbuka itu pula dikorek serigala betina - tinggal satu mata. Mata yang satu itu juga dikorek - dunia tidak kelihatan lagi melainkan pekat hitam dan mendengar salakan serigala yang berpesta kekenyangan. Masih bernyawa lagi. Menunggu bila pula telinga ini akan disentap...

Fitrah Dunia - Fitnah

Hari ini, hari terakhir aku di Viva Home, Jalan Loke Yew. Tak ada lagi kerja gaji bulan.

Bila difikir balik, gila! Tapi, apa yang boleh aku buat - salah aku sendiri, tak cukup ilmu di dada hendak melawan birokrat yang berkuasa - inilah padahnya - padan muka aku!

Aku kembali freelancer - tulis skrip, tulis buku, melukis, berlakon, mengarah (teater - filem adalah cita-cita) - mudah-mudahan Allah setuju. Ya, bunyinya seperti aku resah dengan keadaan ini. Tapi, jika ini yang dikitabkan, aku memujuk hati supaya menerima seadanya.

Dunia ini memang fitnah keadaannya. Bukan fitnah dari orang lain, tapi dari diri sendiri. Bermula dari diri kemudiannya fitnah sampai kepada orang lain. Jika aku berdaya memisahkan baik dan buruk, tentu fitnah dalam diri akan terbenteng kukuh.

La ila ha ilallah... La hawla wala quwwata ila billah...

Hebat sungguh ciptaan Mu, ya Tuhan...